Halaman

Selasa, 03 Januari 2012

Perkemahan Penerimaan Tamu Penegak

24 Desember 2011
Hari ini, sekolahku, SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro, mengadakan kegiatan perkemahan. Perkemahan ini diikuti oleh anggota pramuka SMA Negeri Model Terpadu. Perkemahan ini diadakan di Bumi Perkemahan Prataan, Tuban. Aku dan kakak pramuka lain berangkat ke sana pukul 14.00, dimana cuaca dengan semangat membakar kulit kami. Namun semua itu hilang, karena kobaran api semangat yang menyulut-nyulut di dalam diri kami. Kami persiapkan semua peralatan yang diperlukan, mulai dari tali, tongkat, tenda, dan perlengkapan lain. Tak lupa kami bawa tongkat hitam sepanjang 60cm, yang kami tidak tahu mengapa pembina kami, Kak Purwanto, meminta agar kami membawanya.
Kami berangkat ke Prataan naik 2 mobil, yang semuanya berupa mobil truk. Sepanjang perjalanan kami bernyanyi-nyanyi diatas truk. Tidak ada yang mengganggu kami, kami semua bebas berekspresi di atas mobil truk. Sekitar pukul 15.00, kami semua sampai di Prataan. Kami turunkan semua barang, terlihat keserasian diantara semua anggota pramuka, bantu membantu dan tolong menolong. Setelah itu, Kak Pur membagi tugas kami semua, ada yang mendirikan tenda, ada yang memasang banner bertuliskan “Perkemahan Penerimaan Tamu Penegak SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro”, ada juga yang memasang tali pembatas di sekitar tempat kemah kami. Aku kebagian tugas memasang banner, bersama Kak Ahmed, Kak Mahfud, Kak Aham, dan Kak Dedy. Kami pasang banner di jalan utama di buper Prataan. Setelah banner terpasang, aku dipanggil oleh Kak Pur’
“Fathan, kakak perempuan yang cepat hafal siapa?”. Tanya beliau sambil memegang semaphore
“ Maaf kak, saya tidak tahu”. Jawabku lugas.
Sedikit banyak sudah kuketahui tugas apa yang akan beliau berikan padaku. Menghafal semaphore, tapi, aku tak hafal satupun huruf semaphore! Seandainya memang itu tugas yang diberikan padaku, akan kulaksanakan dengan baik.
“Ya sudah, panggil Kak Billa”. Perintah Kak Pur.
Segera kupanggil Kak Billa untuk menghadap ke Kak Pur. Setelah kami berdua menghadap ke Kak Pur, hal yang terbayang dalam otakku terkabul
“Hafalkan semaphore, kalian harus hafal sebelum Isya’”. Perintah beliau sambil menyerahkan tongkat dan bendera semaphore.
Kami berdua hanya mengangguk. Aku bingung, mungkin, baru kali ini aku memegang tongkat semaphore. Tiba-tiba Kak Billa kembali ke tendanya dan mengambil buku panduan pramuka. Dia buka materi tentang semaphore, tapi tetap sama saja, sulit bagiku untuk menghafalnya. Kulihat kakak laki-laki belum selesai memasang tenda. Maaf semua, aku belum bisa membantu. Tiba-tiba Kak Mahfudz datang membantu. Dia praktekkan secara langsung semua huruf semaphore dihadapan kami berdua. Sedikit demi sedikit, aku mengikutinya, mengikuti gerakan tangan Kak Mahfudz sambil kucocokkan dengan semaphore di buku Kak Billa.
Tiba-tiba, kami semua dikumpulkan oleh Kak Pur. Kami pramuka senior dibagi tugas lagi oleh beliau. Kakak senior cowok mendirikan tenda untuk pembina, sedangkan kakak senior cewek mendirikan Bendera Pramuka, Pandu Dunia, dan bendera Indonesia. Kami diberi waktu 20 menit untuk melakukan itu semua. Kami kesulitan untuk mendirikan tenda pembina, semakin lama, kami sadari bahwa terpal yang disediakan tidak cocok dengan penyangga tendanya.
“Kalau sudah begini, kita kerjakan apa adanya, yang penting bisa berdiri”. Usul salah seorang kakak. Kami setujui usul itu, namun, tetap saja masih sulit untuk memasangnya
“waktu habis!, olahraga dulu!”. Teriak Kak Pur sambil push-up. Kami semua menirukan beliau, 20 kali, itu ganjaran kami.
Setelah itu, kami lanjutkan tugas kami. Akhirnya, tugas kami selesai juga, namun kami kalah cepat dengan kakak cewek. Tak apalah, yang penting selesai. Hehehe. Setelah itu, kami diberi hadiah oleh Kak Pur, yaitu sepotong tempe, yang harus kami bagi berempat puluh empat, harus adil, satu sama, satu rasa. Tidak sedikit diantara kami yang kaget atau tertawa, beliau memang lucu, memberi hadiah yang ‘mengejutkan’ kami. Selanjutnya, beliau memberi kami seekor ikan bakar, yang juga harus kami bagi sama rata tanpa pamrih, benar-benar sama rasa! hadiah beliau belum habis. Sayur kacang panjang semangkuk harus kami bagi lagi, dengan sistem yang sama. Kami semakin tertawa sendiri satu sama lain. Pada akhirnya, kami harus menghabiskan sebungkus nasi. Tetap dengan sistem bagi rata.
Setelah hadiah dari Kak Pur habis, kami akhirnya bisa bersantai. Meski cuaca sedikit gerimis, namun itu tidak mampu mengganggu kebahagian kami semua. Kulanjutkan tugasku untuk mengahafal semaphore bersama Kak Billa, masih dengan panduan dari Kak Mahfudz. Setelah kurasa hafal, kucoba mengeja semua yang ada di Prataan ini, baik nama kakak pramuka, benda-benda, atau apapun. Semua kueja dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, sebelum date line dari Kak Pur, aku sudah hafal semua semaphore itu. Sedudah sholat maghrib, saatnya kami makan malam. Kuharap makan kali ini tidak dengan nasi crispy, nasi yang masih setengah beras, hahaha.
Setelah kami dirikan sholat maghrib, aku ditugasi oleh Kak Pur untuk mengaji di tenda pembina. Aku tidak sendirian, ada Kak Ghufron, Kak Bahru, Kak Mahfudz, Kak Ria, dan Kak Restu. Kami mengaji bergantian, sambil menunggu kakak yang berada di tenda menanak nasi untuk makan malam. Setelah kami semua mengaji, kami kembali ke tenda masing-masing dan menyantap masakan yang sudah tersedia. Nasi hangat yang dicampuri sambal yang kami nikmati dengan sepotong tempe, hmm, sedapnya....
Setelah kami bersantai, saatnya kami mengikuti kegiatan. Yaitu materi tentang pramuka yang disampaikan oleh Kak Hendrian. Di akhir kegiatan, Kak Heri, aktivis pramuka dari daerah Lampung memberi kami sebuah lagu
Selada buah, selada buah
Semangka, semangka
Pepaya rambutan, pepaya rambutan
Salak dan pisang, salak dan pisang
Kami semua tertawa melihat Kak Heri menyanyikannya dengan gerakan yang unik. Setelah itu, kami diharuskan menirukan beserta gerakannya, hahahahaha, benar-benar malam yang indah. Setelah itu, kami semua ditontonkan film oleh Kak Pur. Film buatan SMAN MT sendiri, berjudul Kisah Potretku, yang dibintangi oleh Kak Yusuf dan Cah Tayub yang dibintangi oleh Kak Hendrian.
Sewaktu jam tidur, aku lupa satu hal, aku lupa belum laporan kepada Kak Pur bahwa aku sudah selesai menghafal semaphore. Kudatangi beliau
“Tadi saya perintah kamu untuk menghafal sampai kapan?”. Tanya beliau, aku gugup.
“Sebelum Isya’ kak”. Mengapa aku sampai lupa seperti ini?
“Ya sudah, sekarang coba praktekkan, tulis ‘berjalan mengikuti arah matahari terbit’”. Request beliau
kulakuakn sesuai dengan apa yang kubaca tadi sore, beliau mengajari aku, bagaimana awalan yang bagus, bagaimana menandai spasi antar kata, dan lain-lain. Akhirnya selesai juga tugasku. Aku lupa lagi, aku belum mengajak Kak Billa untuk laporan. Aku minta tolong kepada Kak Dewi untuk memanggilkan Kak Billa. Kuberi tahu dia untuk laporan ke Kak Pur, sekalian aku minta maaf tidak mengajaknya waktu laporan tadi.
Kak Billa segera melapor ke Kak Pur, dia terlihat lega
“Kata Kak Pur besok pagi saja”. Katanya, ya, untumglah.
Aku semakin ngantuk, selamat malam dunia, aku tidur beralaskan terpal dengan atap langit hitam, dengan jaket kebanggaanku

25 Desember 2011
Fajar belum terlihat, tapi adzan shubuh sudah berkumandang, membangunkan kami yang tertidur pulas di lapangan yang hanya beralaskan terpal. Aku bergegas bangun. Segera aku menuju kamar mandi yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat kemah kami. Namun, aku kecewa. Disana sudah banyak kakak-kakak yang mengantri. Terutama kakak cewek. Kamar mandi disini hanya ada dua. Oleh karena itu, kami berebut untuk masuk ke kamar mandi. Tak apalah, aku budayakan antri. Setelah agak lama mengantri. Akhirnya giliranku datang juga. Segera ku buang semua yang harus kubuang. Kusempatkan juga wudlu, sehingga ketika kembali ke perkemahan, aku tinggal berbaris di dalam shaf sholat yang sudah terisi lebih dahulu oleh kakak yang lain.
Setelah semua berkumpul, segera kami dirikan sholat shubuh berjamaah. Lalu, kami semua mempersiapkan diri untuk acara yang kami sukai, yaitu penjelajahan. Kami sebagai senior menjadi panitia di acara ini. Selama perjalanan, kami siapkan 5 pos di jalur penjelajahan, ditambah dengan pos pemberangkatan, total ada 6 pos. Aku bertugas di pos pemberangkatan
Sebelum kami mempersiapkan diri, tentu kami harus siap jiwa raga kami. Kami adakan senam pramuka untuk kakak-kakak junior, yang dipandu oleh Kak Hendrian, Kak Ria dan juga Pak Anam. Sebenarnya, kami kakak senior sudah latihan senam pramuka sejak seminggu yang lalu. Sebagian dari kami harus benar-benar membagi waktu saat itu. Antara ikut remidi, class meeting, dan ikut latihan senam pramuka. Sering anggota kami tidak lengkap karena sudah pasti dari kami mengutamkan remidi. Namun, akhirnya semua dari kami hafal gerakannya, usaha kami tak sia-sia.
Setelah kami senam bersama, saatnya untuk memasak lagi. Kami bagi tugas, antara membuat sambal, menanak nasi, dan menyiapkan air minum yang siap kami teguk sesudah kami makan. Tiba-tiba saja, aku didatangi oleh Kak Rizal, dia bersama Kak Rohman dan Kak Abul, adalah anggota baru kami. Mereka pindah dari ekstrakulikuler PMR ke pramuka. Mereka mengejar ketertinggalan mereka untuk menjadi Pramuka Bantara.
“Maaf kak, saya mau tanya, syahadat itu ada berapa macam?”. Tanyanya padaku.
“Dua, syahadat Rasul dan Syahadatain”. Jawabku. Aku sebenarnya juga ragu akan jawabanku, kenapa aku lupa tentang syahadat.
Aku pikir-pikir lagi. Aku masih ragu jawabanku itu benar. Kulirik Kak Afif, ternyata dia juga diberi pertanyaan yang sama oleh Kak Rohman. Jawabannya juga sama denganku.
“Apakah benar jawabannya itu?”. Tanyaku ke Kak Afif
“Aku tidak tahu,”. Jawabnya.
Lupakan saja lah, pikirku. Sekarang fokus ke memasak dulu. Namun, tiba-tiba, Kak Rizal kembali
“Kak Afif dan Kak Fathan dipanggil oleh Kak Pur” begitu kalimatnya.
Sangat jelas, singkat, padat, dan mudah dipahami. Aku dan Kak Afif berpandangan. Kami segera menuju ke tempat Kak Pur
“Kalian tadi ditanya apa oleh Kak Rizal?” tanya beliau
“macam syahadat Kak,”. Jawabku.
“Kalian jawab bagaimana?”. Tanya beliau lagi
“Syahadat ada 2 macam, syahadat Rasul dan Syahadatain”. Jawabku dan Kak Afif hampir bersamaan
“Masa’? ya sudah, kelilingi buper lima kali, sambil berlari, bernyanyi dan jangan lupa berpegangan tangan”. Perintah beliau
Kami sadar jawaban kami salah. Kami lakukan tugas beliau, berlari mengitari buper 5 kali sambil bernyanyi dan berpegangan tangan. Semua kakak baik senior maupun junior tertawa melihat kami melakukan tinkah konyol itu
“Pegangan yang erat ya, hahaha”. Begiu salah satu pesan dari kakak senior diikuti gelak tawa yang tak henti kudengar. Kudengar siulan dari kakak semua, baik senior atau junior, semua mengeluarkan ekspresi yang sama, tertawa, hahahahaha.
Perasaan malu bercampur senang dalam hatiku. Malu karena ternyata Kak Yusuf mengabadikan momen tersebut dalam sebuah kamera digital. Senang karena aku bisa mendapat pengalaman baru dalam hidup, hahaha. Kami nyanyikan lagu Happy Ya selama kami berlari dan lagu baru yang diberi oleh Kak Pur. Setelah kami selesaikan tugas kami, kami tanyai kakak senior, dan akhirnya kami ketahui, syahadat ada dua macam, Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul, yang keduanya disebut Syahadatain. Segera kami melapor ke Kak Pur. Akhirnya tugasku dan Kak Afif selesai juga. Kami kembali ke tenda masih dengan sambutan tawa dari kakak senior. Aku juga tersenyum, mengapa aku bisa lupa tentang syahadat? Aku benar-benar tidak tahu.
Setelah itu, saatnya bagi kami mempersiapkan penjelajahan. Semua bersiap. Sebelumnya, Kak Pur meniup peluit empat kali, yang artinya para senior harus berkumpul. Kami diberi tahu, agar para senior bersiap di pos masing-masing. Aku masih berjaga di pos pemberangkatan bersama Kak Billa.
“Nanti, antar sangga dikasih jarak pemberangkatan 10-15 menit”. Begitu pesan Kak Pur kepadaku dan Kak Billa.
Setelah semua kakak senior berangkat ke posnya masing-masing, aku tiup peluit tiga kali, yang artinya kakak junior harus berkumpul. Kami beri penjelasan kepada kakak junior tentang penjelajahan kali ini. Termasuk perintah di pos pemberangkatan yang menggunakan semaphore.
Segera kugerakkan kedua tanganku untuk memberi isyarat kepada kakak junior tentang intruksi kali ini. Kuperbolehkan mereka untuk membuka SKU, karena kuyakin, mereka semua belum begitu hafal semaphore. Sebelum aku selesai memberi isyarat, Sangga Bung Tomo telah selesai lebih dulu. Mereka sudah bisa menebak kalimat yang akan kuberikan, diikuti Sangga Martha Tiahahu, Sangga Sudirman, Sangga Kartini, dan yang terakhir Sangga Fatmawati. Setelah itu, aku dan Kak Billa mendapat tugas untuk menghafal morse dari Kak Pur. Sama seperti semaphore, aku tidak hafal satupun huruf morse. Kalau semaphore bisa? Kenapa morse tidak? Sahutku dalam hati.
Kuteri tugas itu dengan harapan aku bisa menghafalnya seperti semaphore. Semua Kakak pramuka sedah berangkat penjelajahan, hanya aku dan Kak Billa yang bertugas menjaga tenda. Selama kami berjaga, banyak wali murid yang ingin mengunjungi putra-putrinya, namun, mereka semua masih melakukan penjelajahan. Beliau semua akhirnya menitipkan snack ataupun makanan kepada kami agar disampaikan ke empunya. Bu Ita, guru B.Inggris dan Pak Mashadi, kepala sekolah kami juga ikut berkunjung ke Prataan. Beberapa teman dari ekstra PMR juga datang utuk menjenguk kami, mereka ada yang ikut penjelajahan, ada juga yang hanya ingin mengisi waktu libur sambil mengunjungi kami.
Pak Mashadi dan Bu Ita terlihat asyik berbincang dengan wali murid yang masih setia menunggu putra-putrinya. Samentara itu, aku dan Kak Billa juga harus menjemur kayu bakar untuk acara pentas seni nanti malam. Kami terus menghafal morse selama di tenda pembina sambil menerima tamu wali murid yang terus datang. Sekitar pukul 13.00, Sangga Bung Tomo sudah sampai, ditemani oleh Kak Restu.
Setelah itu, bencana menimpa kami. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, aku gelagapan mengembalikan kayu bakar ke tempat yang aman. Begitu juga Kak Billa dan Kak Restu, mereka bernasib sama denganku, mereka gelagapan untuk menyimpan kayu bakar di tempat yang aman dari air hujan. Tugas kami belum selesai, tiba-tiba saja tenda pembina ambrol, air mengucur deras dari terpal sekaligus atap tenda pembina. Kami simpan alat elektronik di tempat yang sekiranya aman. Kami berusaha memberdirikan tenda yang sudah rusak itu, tapi usaha kami sia-sia. Meski Bu Ita dan suaminya sudah membantu kami, kami masih belum kuat untuk memberdirikan tenda pembina. Tak apalah, setidaknya kami sudah berusaha untuk tidak membuat tenda pembina rusak lebih parah dari ini.
Ternyata, kami lupa akan keadaan tenda teman-teman. Tepat disamping tenda pembina, tenda dari Sangga Kartini terlihat seperti perahu, mereka mungkin tidak sadar, bahwa tenda mereka berada tepat di aliran air, aku dibantu oleh anggota PMR membuat parit sebisanya, kami gunakan tongkat pramuka untuk membuat jalan air, tak hanya itu, Amy, anggota PMR sampai harus membuat parit dengan sepeda motornya. Dia gas sepedanya dengan mengerem ban depan sepeda motornya. Namun semua usaha kami terhenti ketika melihat ternyata ada akar dari pohon jati yang besar menghalangi parit. Kami terdiam, tidak bisa melakukan apapun kecuali membuat parit disekeliling tenda agar tidak lebih parah. Satu per satu Sangga kembali ke buper dengan keadaan basah kuyup oleh hujan. Kak Ghufron datang menghampiriku, katanya ada sangga yang tersesat. Aku mengikutinya mencari sangga itu. Alhamdulillah, di tengah jalan, kami dikabari bahwa sangga Famawati, yang tersesat sudah ditemukan. Aku kembali ke tenda. Kulihat jam menunjukkan pukul 14.15. aku belum sholat dhuhur! Segera kucari air wudlu dan kudirikan sholat dhuhur di mushola bersama Kak Pur dan kakak pramuka yang lain. Aku sholat dalam keadaan bajuku basah!
Keadaan di tenda msih tegang, karena ternyata ada beberapa kakak senior yang tidak melaksanakan tugas sesuai prosedur. Kulihat Kak Hendrian sebagai ketua panitia terlihat marah kepada kami. Namun semua itu cair ketika kami semua berkumpul jadi satu dalam kolam renang. Memang, Prataan adalah tempat sumber air panas yang berbau belerang. Kami pramuka senior cowok berendam di kolam air hangat bersama-sama. Ada juga beberapa kakak junior dan guru pembina yang ikut bergabung. Semua rasa lelah hilang, seperti tanpa beban.
Setelah kami semua bersih diri, Kak Pur mengumpulkan kami. Pramuka senior mendapat pelajaran baru lagi, Kak Pur menjelaskan tentang memberi tanda yang benar di jalur penjelajahan. Karena Sangga Fatmawati, sangga yang tadi tersesat itu, mengaku tidak melihat tanda atau masih bingung dengan tanda, yang ini memrintahkan kita untuk berjalan lurus, atau belok. Setelah itu, kami semua diperintahkan berbaris, memanjang seperti ular. Satu anak di depan dan yang lain mengekor dibelakangnya. Kami memutari buper beberapa kali sambil tidak berhenti bernyanyi. Banyak sudah lagu yang kami nyanyikan hingga kami harus mengulang dari lagu yang awal. Setelah tugas kami selesai, kami semua dikumpulkan di lapangan utama. Kami diajari tentang gerakan tongkat briptu. Briptu adalah singkatan dari Barisan Pramuka Jitu, yang merupakan nama dari barisan pramuka SMAN MT. Kami diajari empat gerakan awal. Semua gerakan itu kami lakukan dengan tongkat sepanjang enam puluh sentimeter yang kami buat bersama di sekolah sebelum berangkat kemah. Tongkat itu juga harus kami cat warna hitam. Begitu amanah dari Kak Pur waktu itu. Catatan lain, selama kami berada di Prataan, tongkat itu tidak boleh jauh dari pemiliknya, meski ke kamar mandi, tongkat harus dekat dengan pemiliknya.
“Gerakan yang lainnya menyusul”. Begitu janji Kak Pur kepada kami sore itu.
Setelah itu, kami semua bersantai sambil menunggu waktu sholat maghrib. Setelah kami dirikan sholat maghrib, seperti biasa, aku mengaji di tenda pembina dengan mic yang sudah disiapkan disana. Sekembalinya dari mengaji, ternyata teman-teman sudah makan malam. Mereka lupa bahwa aku belum makan. Untungnya Kak Ghufron memberiku kripik yang berjumlah sangat banyak. Segera kuhabiskan nasi yang tersisa. Nikmat rasanya
Setelah itu, agenda kami adalah menyiapkan pentas seni, sedangkan kakak junior mendapat materi dari Pak Fajar, guru biologi kami yang juga ikut dalam perkemahan kali ini. Sebelum pemberian materi itu, Kak Restu, selaku MC memintaku untuk maju kedepan, memberi tips belajar kepada kakak-kakak semua yang hadir. Aku sangat kaget. Tapi tak apalah, itu hanya memberi tips cara belajar yang kulakukan setiap hari.
Setelah selesai memberi tips belajar, segera kuhampiri kakak senior cowok yang menata kayu bakar, untuk acara pentas seni tentunya. Lalu, kami harus menyiapkan jagung untuk acara bakar-bakar. Entah kenapa, meski tugas kami banyak, namun kami tidak merasa lelah, hanya saja, kami semua tidak bisa mengelak dari rayuan rasa kantuk. Bahkan, Kak Qomarul dan Kak Mahfudz harus tidur di tanah tanpa alas apapun, tentu kami semua kaget melihat tingkah mereka.
Sudah saatnya pentas seni. Pentas seni ini dibuka oleh Pak Anam. kami lihat, penampilan dari kakak junior kami benar-benar berkesan. Mereka menggunakan alat musik seperti ketipung dan gitar yang memang sudah mereka siapkan semenjak sebelum berangkat kemah. Mereka bernyanyi dengan bebas. Tapi, diantara kami, kakak senior pramuka cowok, tidak ada yang bisa memainkan alat musik itu. Akhirnya kami putuskan untuk menyanyi sambil bertepuk tepuk. Masalah timbul lagi. Lagu apa yang akan kami nyanyikan?
“Ya, silahkan request dari kakak-kakak yang hadir”. Cetus salah seorang kakak senior. Kami cukup setuju dengan apa yang dia ucapkan
Lama, tidak ada kakak yang mengacungkan tangan dan menyebutkan lagu yang di request, hingga akhirnya, Kak Pur mengacungkan jari...
“Saya, mau request sepuluh kali..”. sahut beliau
Waduh, segera kami lakukan kuda-kuda push up dan kami lakukakn push up sepuluh kali seperti yang Kak Pur request. Kami sadar, kami salah, segera kami diskusikan lagu yang akan kami nyanyikan. Entah berapa lagu yang sudah kami nyanyikan, aku tidak hitung, itung-itung untuk menutupi kesalahan kami tadi. Selama pentas seni, selama itulah waktu kami untuk membuat jagung bakar kami sendiri. Kami masukkan kedalam api unggun yang telah menyala dari tadi.
Namun, ternyata banyak dari kami yang hanya membakar jagung sia-sia, karena banyak diantara jagug yang kami bakar, semua berubah warna menjadi hitam, ya, gosong. Untung, jagung yang kubakar, tidak begitu gosong, matang merata, hahaha. Untunglah, Kak Huda tadi sempat mengajariku bagaimana meletakkan jagung yang tepat di api unggun, sehingga bisa matang merata dan kami tidak kesulitan utnuk mengambilnya.
Setelah serangkain acara pentas seni selesai, banyak diantara kami, termasuk aku, langsung merebahkan diri di terpal, yang disediakan di lapangan utama. Semakin banyak yang tidur diluar tenda malam ini, karena banyak tenda yang rusak karena hujan tadi siang. Semakin rame saja. Saat itulah rasa saling berbagi ‘tempat tidur’ kami diuji. Kami harus menata posisi dengan memperhatikan sekeliling tanpa menggannggu kakak yang lain, selamat tidur.
26 Desember 2011
Hari ini, adalah hari terakhir kami di Prataan. Begitu adzan shubuh membangunkanku, aku paksakan tubuhku untuk bangun dari nyenyaknya tidur, meski hanya beberapa jam saja. Kulihat banyak kakak-kakak yang bernasib sama denganku. Kami berjalan sempoyongan. Ada yang menuju kamar mandi, ada juga yang langsung mengantri mengambil air wudlu. Setelah semua berkumpul, kami tunaikan sholat shubuh berjamaah.
Hari ini, ambalan putra, makan besar. Kami buka semua bekal yang belum kami masak. Kak Farid, membuka nasi kotaknya. Aku agak bingung ketika melihat nasi itu. Nasi yang sudah bercampur dengan lauknya disimpan dalam kotak seperti sarden. Seperti apapun itu, namun setelah dimasak, kami mencobanya, dan waw! Lezat juga. Segera kami masak semua nasi kotak Kak Farid. Termasuk juga semua tempe yang masih belum dimasak kemarin. Kami masak semuanya. Kami bagi sama rata dengan anggota kami. Kami habiskan semuanya, kami tidak tanggung-tanggung. Hanya daun jati yang tersisa dari makan kami, karena itulah piring kami selama kemah disini. Setelah itu, Kak Pur meniup peluit empat kali, tanda bahwa kakak senior harus berkumpul. Kami kenakan pramuka lengkap untuk kegiatan kali ini, yaitu pelantikan tamu penegak bagi kakak junior.
Kami dikumpulkan di lapangan utama. Pelantikan kali ini dilakukan di Bukit Prataan. Kami sebagai kakak yang lebih senior menjadi penunjuk arah bagi kakak junior menuju tempat pelantikan. Untuk kedua kalinya, aku bertugas memberangkatkan kakak junior, namun kali ini, tanpa menggunakan semaphore atau sandi yang lain. Aku bertugas bersama Kak Iva. Sekitar 15 menit yang lalu, kakak senior berangkat ke tempat pelantikan, sekarang saatnya bagiku untuk mengumpulkan kakak-kakak junior. Kutiup peluit tiga kali.
Dengan cepat, kakak junior sudah berkumpul. Segera kami berangkatkan merka semua menuju ‘puncak kenangan’ mereka yang pertama. Sedangkan bagiku, ‘Puncak Kenangan’ ku yang pertama adalah di Puncak Bukit Lanjar Maibit, Tuban, pada waktu pelantikan Pramuka Bantara. Semoga bagi kakak junior, pelantikan kai ini bisa kalian ingat terus selama hidup kakak semua. Hanya perlu sekitar lima belas menit bagi kakak junior untuk sampai di tempat pelantikan. Disana, kami sebagai kakak senior ,menjadi petugas upacara. Kak Ghufron sebagai pemimpin upacara, Kak Iva sebagai pembaca susunan upacara, Kak Ria sebagai dirijen, Kak Yususf sebagai pembaca do’a, dan aku menjadi pembawa bendera Pandu Dunia serta Kak Iffan menjadi pembawa Bendera Pramuka. Dan tentu saja, Kak Pur lah sebagai pembinanya.
Aku berada di posisi depan-kiri kakak junior, sedangkan Kak Iffan berada di depan-kanan. Ketika prosesi pelantikan, aku posisikan bendera didepan kakak junior, sedangkan barisan terdepan tinggal merengkuh bendera itu dan menempelkannya di dada sebelah kiri, begitu juga dengan Kak Iffan yang memposisikan bendera sama denganku, sehingga barisan terdepan di sebelah kanan tinggal merengkuhnya. Sedangkan kakak junior lainnya cukup menempelkan tangan di pundak sebelahnya satu sama lain. Terasa khidmat prosesi pelantikan itu, disaksikan oleh alam ciptaan Allah yang begitu megah, kakak junior telah dilantik menjadi Tamu Penegak di SMA Negeri Model Terpadu Bojonegoro.
Setelah prosesi pelantikan, kami diberi tugas oleh Kak Pur untuk berteriak sekeras-kerasnya, apa yang kami cita-citakan.
“Tekhnik Elektro ITB, Ibu dan Bapakku!!!!”. Begitu teriakku.
Entah beliau mendengar atau tidak, aku tidak peduli, yang pasti, itulah cita-citaku. Aku belum puas. Kuulangi lagi untuk berteriak setelah kakak semua banyak yang turun. Kusempatkan untuk berfoto dengan bendera Pandu Dunia di tangan kiriku, sedangkan tangan kananku dalam posisi hormat, dilengkapi dengan latar belakang jajaran bukit yang indah.
Setelah itu, kami semua turun kembali ke buper, kami bersihakan semuanya, termasuk tempat api unggun tadi malam yang penuh dengan arang bekas kayu bakar. Setelah semua selesai, segera kami pulang ke sekolah tetap dengan naik mobil truk. Kami sampai di sekolah sekitar pukul 12.30. kami kembalikan perlengkapan pramuka kami ke ruang pramuka kami, yang tadi, ketika pelantikan telah diresmikan dengan nama “Purwakirana”. Tidak sedikit dari kami yang kelelahan begitu sampai di sekolah. Begitu juga denganku, tapi tak apalah, aku sudah dapatkan pengalaman yang baru disini. Jika aku tidak mengikuti PP Tape ini, mungkin aku belum hafal semaphore dan morse ketika menulis cerita ini. Terima kasih semuanya

Itu ceritaku, apa ceritamu???



Fathan Nur Hakim/XI IPA 2
Sangga Hassanuddin