Halaman

Sabtu, 24 September 2011

Mudik Lebaran

Mudik, adalah “tradisi” penutup lebaran yang sudah ada di Indonesia, entah kapan lahirnya mudik itu sendiri. Semua putra daerah, anak bangsa yang berada di luar negeri, kembali ke daerahnya masing-masing. Mereka berkumpul dengan sanak saudara, keluarga, dan teman masa kecil di daerah masing-masing. Bukan hanya putra daerah maupun anak bangsa, namun semua masyarakat dari berbagai golongan, baik kaya, miskin, tua, muda, laki-laki, perempuan, semua bersuka cita. Hilang sudah semua lelah dan rasa kantuk yang berada di perjalanan. Semua serasa tertinggal di jalanan dan tidak ada yang terbawa ke kampung halaman.
Canda, tawa, dan pesta kecil adalah acara yang sudah biasa jika kita telah berada di kampung halaman. Selalu saja kehangatan masa silam hadir. Tidak jarang kita bertanya dalam hati, “Benarkah saya dulu tinggal disini?”. “Benarkah saya berteman dengan mereka yang baik ini?”. Pertanyaan itu muncul karena besarnya rasa kangen kita untuk berkumpul bersama semua sanak saudara kita. Namun, dalam ritual mudik juga terdapat nilai kekerabatan yang perlu ditanamkan dalam diri kita, sehingga tumbuhlah nilai-nilai silaturahmi yang kuat, hubungan perasaan yang akrab, juga sebagai media pendidikan, seperti menghormati dan menghargai anggota keluarga, sehingga kita diterapkan dan dipraktekkan secara langsung oleh kita dan adik-adik kita kelak. Apabila kita dalam mudik tidak diperkrnalkan kepada nenek, kakek, dan anggota keluarga yang lain, tentu yang ada dalam setiap mudik adalah “mampir ngombe”. Setelah itu kita akan lebih memilih menghabiskan waktu untuk menuju tempat rekreasi ataupun tempat hiburan.
Jadi, dalam setiap tradisi mudik ada kesempatan yang harus kita manfaatkan untuk menanamkan rasa kekerabatan dan kekeluargaan kepada adik-adik kita, sehingga mereka akan mengenal, mengerti, dan merasakan hangatnya kekerabatan yang muncul saat kita berkumpul dengan keluarga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar