Halaman

Minggu, 30 Oktober 2011

Sandur

Sen

pertunjukan Sandur dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan tradisional yang berbentuk teater tradisional. Sebagai bentuk teater tradisional, Sandur memiliki ciri-ciri yang sama dengan teater tradisonal daerah lainnya yaitu mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya.
Sebagai bentuk teater tradisional, seni pertunjukan Sandur mempunyai unsur cerita (drama), Tari, Karawitan, Akrobatik (Kalongking) juga terdapat unsur-unsur mistis,
kesenian sandur berasal dari permainan anak-anak yang kemudian berkembang menjadi sebuah produk kesenian yang bertumpu pada upacara ritual. Berbagai sumber menyatakan bahwa Sandur ada sejak jaman kerajaan yang masih ,menganut aliran kepercayaan atau animisme.
Kata Sandur ada beberapa versi yang di antaranya dari kata san yang berarti selesai panen (isan) dan dhur yang berarti ngedhur. Dari sumber lain mengatakan bahwa sandur berasal dari bahasa Belanda yaitu soon yang berarti anak-anak dan door yang berarti meneruskan. Ada juga yang menyebutkan bahwa Sandur yang terdiri dari berbagai cerita tersebut dengan sandiwara ngedur, artinya kesenian itu terjadi karena berisi tentang berbagai macam cerita yang tak akan habis sampai pagi.
Pada sekitar tahun 1960-an Kesenian ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, hampir di setiap desa di kecamatan kota Bojonegoro memiliki kelompok kesenian sandur. Kemudian pada tahun 1965 setelah meletusnya peristiwa G 30 S/PKI, kesenian Sandur mengalami kemunduran yang sangat drastis. Hal ini disebabkan Sandur dicurigai telah disusupi oleh Lembaga Kesenian Rakyat (Organisasi massa milik PKI). Hingga saat ini, kesenian sandur telah mengalami kemunduran yang sangat drastis, bahkan bisa dikatakan hampir punah.
Berikut ini akan dipaparkan teater sandur yang pernah ditampilkan di Gedung Perak, Bojonegoro, Jawa Timur
Sekelompok orang mengenakan udeng (ikat kepala) duduk sambil asyik bernyanyi diiringi dua alat musik yang bersahut-sahutan. Tempat mereka duduk dibatasi dengan tali rafia. Di tiap-tiap jarak tertentu pada tali rafia itu terdapat jajan pasar yang diikatkan. Kegiatan itu dipimpin seorang kakek. Di depan tempat sang kakek duduk terlihat sesaji. Isinya, antara lain jajan pasar, kemenyan yang sudah dibakar, serta bunga yang direndam di dalam panci berisi air.
Saat nyanyian mencapai puncak, seorang lelaki yang duduk di deretan terdepan tiba-tiba menggelepar-gelepar. Beberapa orang kemudian menghampiri dan memegangi tubuh temannya itu. Kakek yang memimpin menyayi juga bangkit. Sambil membawa pecut (cambuk), dia kemudian mengambil jaran kepang (kuda lumping) dan menyerahkannya kepada orang yang menggelepar itu. Kalau sudah seperti itu, berarti sudah kesurupan, dan orang yang sudah kerasukan itu biasa disebut sulur pandan yang fungsinya menjaga keamanan (dari gangguan makhluk halus, Red) selama berlangsungnya pertunjukan Seakan disuruh, lelaki yang menggelepar kemudian menaiki kuda dari anyaman bambu itu. Dia kemudian dituntun untuk memakan kembang yang telah direndam air dalam panci. Pemeran utama dalam drama itu hanya empat orang. Yakni, tokoh utama disebut Pethak, pemeran lelucon Tamsil, tokoh penyeimbang Balong, dan satu tokoh wanita yang berperan sebagai sindir biasa disebut Cawik
Kisah dalam drama itu sangat panjang. Mulai dari saat Pethak (tokoh utama) mencari kerja, panen, rabi (kawin), dan seterusnya. Babak terakhir dari acara sandur ini adalah pertunjukan Kalongking, yaitu peristiwa dimana Pethak berburu kalong (kelelawar besar). Kalong ini diperankan oleh seseorang yang sudah kerasukan dan bergelantung, berputar-putar, dan beratraksi di atas sebuah tali yang ditalikan pada bambu di masing-masing pojok arena sandur. Semua kegiatan kalong tersebut dilakukan pada ketinggian hingga 8 meter
Yang unik dari kesenian ini adalah aroma magis yang tersaji mulai ketika actor memakan bunga hingga kalong yang beratraksi pada seutas tali pada ketinggian 8 meter. Selain itu, keunikan lain kesenian ini adalah harus dilakukan pada malam hari sekitar jam 21.00 atau lebih, karena jika tidak dilakukan pada jam itu, tidak bisa dilakukan aksi-aksi magis seperti diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar